Sunday, May 21, 2017

Penjelasan Majaz Lengkap

Pendahuluan
a.       Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sebagai orang islam tentu tidak asing lagi dengan bahasa arab. Bahasa arab menjadi dasar atau rujukan umat islam dalam segala sesuatu mengingat kitab suci al-quran dan hadist yang menjadi dua dasar beragama umat islam ditulis dalam bahasa arab.
Bahasa arab memiliki keunikan dalam segi penulisan yang dimulai dari kanan ke kiri hingga peraturan bahasa/grammar yang sangat kompleks. Bahasa arab disebut-sebut sebagai salah satu bahasa yang paling sulit dipelajari ketimbang bahasa lain-lain.
Salah satu sub materi yang dipelajari dalam bahasa arab adalah tentang majaz. Majaz merupakan bagian dari pelajaran bahasa arab yang membahas tentang keindahan berbahasa arab yang biasanya dipakai dalam al-quran, syair-syair, puisi dan lain sebagainya.
Apabila seseorang sudah dapat memahami dan memakai majaz dalam bahasa arab, bisa dikatakan orang tersebut sudah mahir dalam bahasa arab karena memang sesungguhnya majaz adalah materi yang biasanya disajikan untuk pembelajar tingkat atas. oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk mempelajari majaz tersebut. Selain untuk dapat memahami ayat al-quran majaz juga dapat kita pakai untuk memperindah kata-kata supaya enak didengar oleh lawan bicara kita.
b.      Rumusan Masalah
·         Apa definisi majaz?
·         Apa saja pembagian majaz?
·         Apa saja contoh-contohnya?






Pembahasan
1.      Majaz
A.    Definisi Majaz
Majaz secara etimologis berasal dari kata bahasa Arab المجاز, bentuk masdar (infinitif) dari kata جاز  Sedangkan secara terminologis majaz dapat diartikan dengan :
المجاز هو اللفظ المُستَعْمَلٌ فِي غَيْرِ مَا وُضِعَ له لعلَاقةٍ مع قَرِيْنَةٍ مَا نِعَةٍ مِن اِرَادَةِ المَعْنَى السّابقِ
“ majaz adalah lafadz yang digunakan pada arti bukan semestinya karena ada hubungan beserta adanya qorinah(petunjuk) yang mencegah dari arti yang lalu(asli).[1]
اللفظُ المستعملُ في غير ما وضعَ له لعلاقةٍ مع قرينةٍ مانعةٍ من إرادة المعنى الوضعيّ
Yakni lafadz yang digunakan bukan pada asal peletakannya, dikarenakan adanya 'alaqah[2] (hubungan) beserta qarinah[3] (alasan/petunjuk) yang menghalanginya dari penggunaan makna dasarnya atau aslinya.[4]
 Arti majaz juga banyak ditafsirkan oleh beberapa ulama islam diantaranya adalah:
·         Al-Mubarrad mengatakan bahwa majaz merupakan seni bertutur dan berfungsi untuk mengalihkan makna dasar yang sebenarnya.
·         Al-Qaadhy ‘Abd al-Jabbaar mengatakan bahwa majaz adalah peralihan makna dari makna dasar atau leksikal ke makna lainnya, yang lebih luas.
·         Ibn Jinny dan Al-Jurjaany menempatkan majaz sebagai lawan dari haqiqat, dan makna haqiqat menurut Ibnu Jinny adalah makna dari setiap kata yang asli, sedangkan majaz adalah sebaliknya, yaitu setiap kata yang maknanya beralih kepada makna lainnya. Sedangkan menurut Al-Jurjaany haqiqah adalah sebuah kata yang mengacu kepada makna asal atau makna dasar, tanpa mengundang kemungkinan makna lain disebut, sedangkan majazadalah peralihkan makna dasar ke makna  lainnya, karena alasan tertentu, atau pelebaran medan makna dari makna dasarnya.
B.     Macam-macam Majaz
1.      Majaz Lughowi
Majaz secara harfiah artinya ‘boleh’, sementara lughowi artinya ‘bersifat bahasa’ atau ‘dalam bahasa’. Dengan demikian, majaz lughowi artinya suatu kebolehan menggunakan suatu kata-sebagai bahasa-bukan pada tempatnya. Contohnya, nyiur melambai-lambai, matahari tersenyum, bulan menangis, kejahatan mengintai, alam bersedih dan lain-lain. Majaz lughowi adalah salah satu jenis majaz yang ‘illahnya di dasarkan pada aspek bahasa.
Ibnul amid[5]  berkata
قَامَتْ تُظَلِّلُنِي مِنْ الشَّمْسِ  #  نَفْسٌ اَحَبُّ اِلَيّ مِنْ نَفْسِي
قَامَتْ تُظَلِّلُنِيْ وَ مِنْ عَجبٍ #  شَمْسٌ تُظَلّلُنِي مِنَ الشَّمسِ
“Telah berdiri menaungiku dari teriknya matahari, seseorang yang aku cintai daripada diriku sendiri. Ia telah menaungiku, amatlah mengherankan bila ada matahari menaungi dari terik matahari.”
Majaz ini dibagi menjadi majaz mursal dan istiarah
·         Majaz Mursal
Definisi majaz mursal menurut Ali Jarim dan Musthofa Amin dalam al Balaghah al wadhihah,
المجاز المرسل كلمة اُسْتُعْمِلَتْ فِي غَيْرِ مَعْنَاهَا الأصْلِي لعلاقةٍ غير الُمشَابَهَةِ مَعَ قَرْينَةٍ مانعةٍ مِنْ إِرَادَةِ المعنَى الأَصْلِ
Majaz mursal adalah kata yang digunakan bukan untuk maknanya yang asli karena adanya hubungan yang selain keserupaan serta ada qorinah yang menghalangi pemahaman dengan makna yang asli.
Adapun menurut Emil Badi’ Ya’qub dalam bukunya al- Muayyin fi al balaghah
المجاز المرسل وهو اِسْتِعمَالُ اْلكَلِمَةِ في غير مَعْنَاهَا الَحقِيْقي لِعَلا قَةٍ بَيْنَهَا وَبَيْنَ الَمعْنَى الَمجازِيْ غَيْرِ الُمشابَهَةِ مَعَ وُجُوْدِ قَريْنَةٍ تَمْنَعُ إِرَادَةِ المَعْنَى الحقِيْقِي لِلْكَلِمةِ.
Majaz mursal adalah penggunaan kata bukan untuk makna yang sebenarnya karena adanya hubungan dengan makna majazi yang selain keserupaan serta adanya qorinah yang menghalangi pemahaman makna kata yang sebenarnya.
Jadi, dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa majaz mursal yaitu penggunaan kata yang bukan untuk makna sebenarnya karena adanya hubungan antara makna hakiki dan makna majazi yang tidak serupa dan disertai adanya qorinah yang tidak memperbolehkan memahami kata tersebut dengan makna aslinya.
a.       Macam – macam Majaz Mursal
1)      السببية(Sababiyah)
Mengucapkan musababnya sedangkan yang dimaksud adalah sebab.Seperti:
يَدُ اللهِ فَوْقَ اَيْدِيْهِمْ
Ayat al-quran ini tidak di artikan dengan tangan layaknya tangan milik manusia, akan tetapi arti yang lebih tepat adalah “kekuasaan allah di atas/ melebihi kekuasaan manusia”.
عَظَمَتْ يدُ فلانٍ عِنْدِى
Sesungguhnya besar tangan si Fulan di sisiku.”
Pada ungkapan majaz tersebut yang disebut adalah kata” يد “, sedangkan yang dimaksud adalah “النعم yakni nikmat yang disebabkan oleh tangan.

2)      Musababiyah(المسببية)
إِطْلاقُ المُسَبّبِ وإرادةِ السّبَبِ
  Menyebutkan sesuatu yang disebabkan, sedangkan yang dimaksud adalah sebabnya.” Atau “Mengucapkan sebab sedangkan yang dimaksudkan adalah musababnya”.
أَمْطرتِ السّماءُ نبَاتًا
  Langit mengucurkan tanaman.”
Pada ungkapan majaz di atas disebutkan akibatnya yaitu “نباتاyang artinya tumbuhan  . Sedangkan yang dimaksudkannya adalah “الماءyang berarti air.
Juga dalam contoh kalimat seperti   غيثًا رعينَا
“Kami memelihara hujan”.
 Maksud dari غيث adalah مطر yaitu hujan. Sedangkan hujan itu tidak dipelihara. Akan tetapi yang dipelihara/ atau dirawat adalah apa yang tumbuh dari hujan yaitu tanaman. Jadi maksud kalimat diatas adalah “kami memelihara tanaman”.[6]
3)      Juziyyah (جزئية)
إطلاقُ الجزءِ وإرادةِ الكلِّ
Artinya:Menyebutkan bagian dari sesuatu, sedangkan yang dimaksudkannya
adalah keseluruhannya.”
Contoh : كأنه كله عين   
’Apa yang ada padanya semuanya mata’                  
Kalimat ini diarahkan kepada orang yang sering memata-matai atau dalam bahasa arab biasa disebut dengan الجاسوس yang artinya mata-mata. Hanya disebut bagian dari organ tubuhnya akan tetapi yang dimaksud adalah orangnya. Yaitu yang memata-matai.
4)      Kulliyah (كلية)
إطلاق الكل وإرادة الجزء
Menyebutkan sesuatu keseluruhannya sedangkan yang dimaksudkannya adalah sebagiannya.”
Dibawah ini contoh majaz mursal kulliyah yang diambil dari perkataan allah subhanahu wata’ala yang ditujukan kepada kaum nabi Nuh
جَعَلُوْا اَصَابِعَهُمْ في آذانِهِمْ
Adalah  kalimat kulli sedangkan yang dimaksudkan adalah juz’i , seperti lafal اصابع yang artinya jari padahal yang dimaksudkan adalah انامل yang artinya ujung jari.

5)      الحالية(Haaliyah)
Menyebutkan tentang suatu hal yang menempati suatu tempat, namun yang dimaksud adalah tempatnya itu atau menyebutkan keadaan sesuatu, sedangkan yang dimaksudkannya adalah yang menempatinya.
Contoh perkataan Abu Toyyib Al-Mutannabi[7]
اني نزلت بكذّابين
sesungguhnya aku berada di bumi(tempat orang-orang pembohong)
Abu Toyyib menyebut bumi dengan tempat orang-orang yang suka berbohong. lafadz كذابين berkedudukan sebagai musyabbahnya sedangkan bumi atau dalam bahasa arab ارض  sebagai musyabbah bihnya.
6)      المحلية(Mahalliyyah)
Menyebutkan tempat, namun yang dimaksud adalah orang atau sesuatu yang menempatinya.
قرر المجلس بذلك
Majlis telah menetapkan seperti itu
Maksud dari majlis adalah orang-orang yang berada dalam sebuah majlis.
7)          إعتبارماكان(I’tibar ma kaana)
I’tibaru ma kaana adalah menyebutkan sesuatu yang telah terjadi, sedangkan yang dimaksudkannya adalah yang akan terjadi atau yang belum terjadi.
واتوا اليتامى أموالهم
Dan berikanlah kepada anak yatim harta benda mereka.”[8]
Pada potongan ayat di atas terdapat kata “اليتامى (anak yatim ). Maksud yang sebenarnya adalah “Berikanlah harta itu kepada anak yatim ketika mereka sudah dewasa” . Disebutkan kata “اليتامى yaitu keadaan masa yang sudah lalu, tetapi yang dimaksud adalah masa berikutnya yaitu ketika anak itu sudah dewasa. Karena selama masa kecil (anak yatim ) tidak boleh menguasai harta benda itu.
8)      إعتبار ما يكون(I’tibar ma yakuunu)
Memperhitungkan masa yang akan datang atau sesuatu yang akan terjadi. اطلاق مايكون وإرادة ماكان
“menyebutkan sesuatu dengan keadaan yang akan terjadi, sedangkan yang dimaksudkannya adalah keadaan sebelumnya”
Contoh:
إني أرانى أعصر خمرا
Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku memeras anggur
Benarkah yang dimaksud dalam ayat ini arti yang sebenarnya?. Seseorang tidak dapat memeras anggur, tetapi yang diperas adalah buah anggur yang kemudian menjadi anggur.
·         Majaz Istiaroh
Isti’aroh adalah tasybih yang dibuang salah satu tharaifnya (musyabbah/musyabbah bih). Sehingga, hubungan antara makna hakiki dan makna majazi selalu musyabahah (saling menyerupai).[9]
Majaz istiaroh dibagi menjadi dua macam:
1)      Istiaroh Tashrihiyah
Istiaroh Tashrihiyah adalah isti’aroh yang dibuang musyabbah bihnya. Dan menggunakan salah satu sifat khas dari musyabbah bih untuk menggantikannya.
Menurut Ali al-Jarim dan Musthafa Amin dalam bukunya Al-Balaghatul Wadhihah menyebutkan bahwa Isti’arah Tashrihiyyah adalah :
ما صرح فيها بلفظ المشبّه به
Isti’arah yang musyabbah bih-nya ditegaskan”[10]
Contoh dari isti’aroh tashrihiyyah:
كَانَ أخِي يَقرِي العَينَ جَمَالاً وَالأُذُنَ بَيَانًا
Saudaraku menjamu mata dengan keindahan, dan telinga dengan kejelasan”
Memberi kenikmatan mata dengan keindahan dan memberi kenikmatan telinga dengan kejelasan diserupakan dengan menjamu tamu. Jadi, menyuguh mata dan telinga itu maksudnya memberi kenikmatan. Memberi kenikmatan sebagai isti’aroh tasrihiyyah. Sedang karinahnya adalah  jamaalan dan bayaanan. Disini, musyabbahnya dibuang, yaitu memberi kenikmatan.
2)      Istiaroh Makniyah
Isti’arah Makniyyah adalah isti’arah yang musyabbah bih-nya tidak disebutkan dan sebagai gantinya disebutkan sifat-sifat atau kekhasan atau kebiasaan yang ada pada padanannya.
Contoh:
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surat An-Nahl ayat 91:
وأَوْفُوْا بعَهْدِ اللهِ إذا عَاهَدْتمْ ولا تُنْفِقُوْا الأيمانَ بَعْدَ تَوْكيْدِهَا وَقدْ جَعَلْتُمْ اللهُ عَلَيْكُمْ كفيلاً
إنّ اللهَ يعلمُ مَا تَفْعَلُوْنَ

Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. ”
Di dalam ayat tersebut, Allah menggunakan kata تنفقوا(memisahkan) yang disandarkan pada kata الأيمان, padahal kata تنقضوا tersebut dipakai untuk suatu benda yang nyata. Namun, Allah menyerupakan kata الأيمان dengan kata الحِبال (tali), sehingga dalam kalam-Nya tersebut menggunakan kata تنفقوا sebagai sifat khas darimusyabbah bih yang dibuang.         
2.      Majaz Aqli
Majaz aqli adalah menyandarkan fi’il (kata kerja) atau yang semakna dengannya kepada yang bukan seharusnya karena ada ‘alaqah (hubungan) serta adanya Qorinah yang mencegah dari penyandaran yang sebenarnya. Majaz ini juga disebut sebagai majaz isnadi dan majaz hukmiy.[11]
Dinamakan majaz aqli karena kita bisa mengetahui maksud dari ujaran atau tulisan dengan menggunakan akal/logika.
Contoh:
بنى الأمير المدينة
“Pemerintah telah membangun kota”
Dari kalimat di atas tentu kita tahu bahwa pemerintah tidak mungkin membangun bangunan yang ada di kota layaknya pak tukang yang membangun sebuah rumah atau gedung. Akan tetapi peran pemerintah di sini adalah sebagi pemberi perintah dan pengambil kebijakan dalam memajukan pembangunan kota.
ويمشى به العكاز في الدير تائبا # وقد كان يأبى مشيى أشقر أجرد
Artinya :
Tongkat yang bermata lembing itu berjalan-jalan dirumah pendeta bersamanya untuk berobat. Padahal semula ia tidak rela melihat larinya kuda pirang yang pendek larinya.”
ازدحمت شوارع القاهرة: Jalan-jalan di Kairo padat.”
Penutup
Kesimpulan

Majaz adalah lafadz yang digunakan pada arti bukan semestinya karena ada hubungan beserta adanya qorinah(petunjuk) yang mencegah dari arti yang lalu(asli). Majaz dapat dibagi Menjadi dua bagian yaitu
1)      Majaz Lughowi : adalah salah satu jenis majaz yang ‘illahnya di dasarkan pada aspek bahasa
2)      Majaz Aqli : menyandarkan fi’il (kata kerja) atau yang semakna dengannya kepada yang bukan seharusnya karena ada ‘alaqah (hubungan) serta adanya Qorinah yang mencegah dari penyandaran yang sebenarnya
Majaz lughowi dibagi menjadi : a) Majaz mursal yaitu penggunaan kata yang bukan untuk makna sebenarnya karena adanya hubungan antara makna hakiki dan makna majazi yang tidak serupa dan disertai adanya qorinah yang tidak memperbolehkan memahami kata tersebut dengan makna aslinya. Macam-macam majaz mursal adalah Sababiyah, Musabbabiyah, Juz’iyyah, Kulliyyah, I’tibar ma kaana, I’tibar ma yakuunu, Mahalliyyah, Haaliyah. b) Majaz istiaroh yaitu Isti’aroh adalah tasybih yang dibuang salah satu tharaifnya (musyabbah/musyabbah bih). Sehingga, hubungan antara makna hakiki dan makna majazi selalu musyabahah (saling menyerupai). Majaz istiaroh dibagi menjadi istiaroh tashrihiyah dan istiaroh makniyah



Daftar Pustaka
Abdul Azis Ali, al-balaghoh al muyassaroh, daarul ibn hazm(2011)
Hifni bek dayyab, balaghotul wadhihah. Kairo. 2007
Ali Al-Jarimi dan  Musthofa Amin, Al-Balaghoh Al-wadhihah(lilmadrosah tsanawiy). Kairo. Darul maarif.1998
https://en.wikipedia.org




[1] Hifni bek dayyab, balaghotul wadhihah. 2007(hal-483)
[2] Yakni pertalian atau penyesuaian antara makna asli dan makna majaz (bukan asli), yang bisa berupa musyabahah (penyerupaan/kemiripan) atau selainnya, apabila pertalian antara keduanya tersebut musyabahah maka itu disebut majaz isti'arah dan apabila bukan (musyabahah) maka disebut majaz mursal.
[3] Yakni penghalang dari penggunaan makna hakiki atau asli, yang bisa berupa lafadz atau hal ihwal
[4] Ali Jarim dan Musthofa Amin, Balaghoh Wadhihah, (Jakarta: Raudhoh Press,2007),hlm 77
[5] Ibnul amid adlah Abul Fadhl Muhammad bin Al-umaid, ahli sastra, filsafat, dan astronom. Ia juga dikenal sebagai penulis nomor satu pada masanya hingga dikatakan bahwa penulisan itu dimulai oleh abul hamid dan disudahi oleh ibnul amid. Wafat pada tahun 360 H.
[6] Abdul Azis Ali, al-balaghoh al muyassaroh, daarul ibn hazm(2011). Hal 64
[7] nama lengkapanya Abu Tayyib Ahmad bin Husain bin Murrah bin Abdul Jabbar Al
Ju’fi Al Kufi, dilahirkan di Kindah, kufah , Irak pada tahun 303 H/ 915 M. Nama al-ju’fi diambil dari nama kakeknya Ju’fi bin Sa’ad, sedangkan sebutan al-Kufi merujuk pada kampung halaman tempat dia dilahirkan, akan tetapi ia kerap dikenal dengan nama Abu Tayyib al-Mutanabbi atau hanya disebut al-Mutanabbi
[8] AL-Quran(QS. An-Nisa’:2).
[9] http://kindhearte.blogspot.sg
[10] Ali Al-Jarimi dan  Musthofa Amin, 1999 : Hal - 77.
[11] Abdul Azis Ali, al-balaghoh al muyassaroh, daarul ibn hazm(2011). Hal 72

1 comment: